DIRI YANG LUPA DIRI
Oleh : Adiwijaya
Diri mu hanyalah wujud bayangan yang terbentuk oleh cahaya yang terang, tak ubahnya sebagai pengganggu yang hilir mudik dalam tontonan layar tancap. Diri mu ada karena ada yang menerangi, tak ubahnya ranting kering yang disinari cahaya mentari. Diri mu ringkih tak berdaya, laksana semak-semak kering yang terinjak kaki sang gajah. Diri mu tak bisa berbuat apa-apa jika tak ada yang memberi mu kekuatan untuk berbuat apa-apa. Tapi diri mu masih saja merasa angkuh seolah semua itu kamu yang memiliki...kamu sudah lupa diri.
Kamu tidak pernah berfikir atau hanya sekedar pura-pura untuk lupa ? Kamu ada hanya dari gumpalan cairan lembek dan amis yang sangat menjijikkan, berbagi bantuan dengan bongkahan telur yang juga sama-sama amis dan menjijikkan. Melewati masa-masa rawan dan meminta perlindungan dalam rahim yang dipenuhi dengan ketuban, memakan dengan rakus apa yang ditelan oleh induk semang mu, menjadi parasit dalam tubuh lemah yang menyembunyikanmu dari terik sinar matahari, yang menaungi mu dari guyuran air hujan, yang melindungi mu dari terpaan debu-debu jalanan selama sembilan bulan. Kamu tidak bisa berbuat apa-apa, kamu hanya tahu bahwa diri mu masih menumpang. Untuk bisa melihat dunia saja kamu harus menyusahkan orang banyak, terus mengapa kamu seolah-olah yang paling kuasa, yang paling kuat dan paling mampu melakukan segalanya...kamu masih saja lupa diri.
Baru saja kau bisa menghirup udara kebebasan setelah sekian lama kamu di tandu di boyong dan di sembunyikan, kamu sudah berani berbuat ulah lagi dengan kebodohan dan kelemahan mu, kau siksa orang yang telah membantu mu dengan kesakitan, kau buat dia menjadi repot hanya untuk memikirkan urusan mu, kau jadikan dia babu untuk membantu kebutuhan mu, dan kau juga masih jadi benalu yang numpang makan dari dia, kau serap sari makanan yang dia makan hanya untuk memenuhi nafsu perut mu yang kelaparan, kau suruh yang lainnya berpontang panting, diatas terik panas dan derasnya guyuran air hujan, menguras keringat di antara debu-debu yang beterbangan, memaksa nya lagi untuk memenuhi kebutuhan mu yang lain. Sementara kau enak-enakan terlelap dalam buaian, menangis ketika hasrat mu tak tersampaikan dan tak sungkan kau mengencingi mereka, lalu setelah kau merasa sudah kuat dan mandiri kau melupakan itu, malahan tak sedikit kau menyia-nyiakan pengorbanan dan bantuan mereka, tak sedikit kau membuat mereka terhina, tak sedikit kau menyiksa mereka kembali bahkan tak sedikit kau menelantarkan mereka disaat mereka lemah dan membutuhkan pertolongan mu. Kau terus saja lupa diri.
Jangankan kepada mereka hanya sebagai tempat menitipkan mu kau tak lupa, kepada Sang Pencipta mu saja terkadang tak sedikit kamu ingkar, tak sedikit kamu terlalu banyak menuntut lewat keluh kesah yang kamu panjatkan yang kamu sebut do'a. Ketika permintaan mu di turuti kamu lupa bagaimana caranya berterima kasih lewat syukur, malah kamu dengan bangga nya mengatakan itu adalah hasil jerih payah mu sendiri, kau kini berubah menjadi sombong dan angkuh. Dan berani meng-aku kan apa yang kau punya, padahal itu semua hanyalah titipan yang suatu saat juga akan kau kembalikan tentunya dengan pertanggung jawaban. Kau lupa diri dan sombong
Lebih parah lagi, ketika apa yang kamu pinta kepada Nya tidak diberikan, kau menganggap bahwa Dia tidak adil terhadap mu, kau mulai mencerca-Nya dengan prasangka-prasangka nafsu mu yang tak terbendung, kau menjadi buas dalam menghujat-Nya, bahkan tak sedikit kau menyekutukan-Nya dengan hal yang kau anggap bisa memenuhi keinginan mu. Sungguh kau tidak lagi lupa diri tapi kau sudah Ingkar Diri.
Kau meminta surga, diberikan-Nya, kau meminta bidadari, dikabulkan-Nya tapi kau yang ingkar dan lupa tidak bisa menjaga dan merawatnya, kau asik berpesta pora bersama sekumpulan hawa nafsu mu, kau buat diri mu seolah yang memiliki segalanya, kau gunakan semau nafsu mu, hingga akhirnya kau kehilangan segalanya, sementara nafsu mu terus saja menuntut untuk di puaskan. Kau mulai ditinggalkan oleh mereka yang telah melindungi mu, merawat mu, menjaga mu dalam kesendirian, bahkan kau lupa arah jalan mu pulang, sehingga kau tersesat semakin jauh dan meninggalkan-Nya. Kau mulai gelisah karena nafsu mu tak mau kompromi, kau mulai mencari celah agar bisa kembali jaya dan bergabung dalam gerombolan pesta pora nafsu mu. Kau semakin panik hingga nurani mu pun kau gadaikan, kau lacurkan jiwa mu yang suci demi ambisi nafsu mu, kau jual hormat mu hanya untuk bisa diterima oleh hawa nafsu mu. Kau semakin gila, ingkar dan lupa diri.
Kau terus saja seperti itu, hingga mereka yang betul-betul perduli kepada mu tak berdaya, nurani mu meninggalkan mu, hati mu sudah tak mampu lagi menuntun mu kembali dan akhirnya pergi, jiwa mu pun perlahan-lahan harus menyerah dan meminta pamit untuk pergi, kembali kepada yang memiliki, kau kini tak ubahnya mayat hidup yang hanya ditopang tulang belulang dan dibungkus daging yang segera akan membusuk. Namun kamu masih saja berbangga dengan ke-akuan mu, masih saja asik bergumul dengan keinginan mu, dan hingga saat nya, kau tak memiliki apapun untuk kau jual, tak memiliki apapun untuk kau gadaikan, nafsu mu pun tak lagi sudi bersama mu, kau kini bangkai yang tak memiliki apa-apa, miskin, hina, dan bahkan menjijikkan, karena modal yang diberikan untuk mu membangun kehidupan didunia ini telah habis terkuras karena keserakahan nafsu mu, dan pergi meninggalkan mu kembali kepada pemiliknya.
Hingga akhir yang menentukan, kesempatan masih diberikan karena Dia yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sebelum nyawa mu yang merupakan modal terakhir mu meninggalkan mu, kau masih diberi pengampunan untuk kembali ingat akan jati diri mu, dari mana kau diciptakan, untuk apa kau diciptakan, bagaimana kau jalani hidup mu selama ini, dan kemana kamu akan kembali. Hanya saja doktrin nafsu mu yang begitu kuat telah membelenggu semuanya yang sudah membuang hati nurani mu, yang telah memaksa akal mu pergi, yang membunuh jiwa mu, dan mematikan ilmu dan rasa di dalam diri mu, hingga cahaya diri mu padam, kau berjalan dalam kegelapan...terseok-seok, tersandung, jatuh, terluka, dan......akhirnya............nyawa mu harus dengan terpaksa juga meninggalkan mu......lalu siapa yang akan menuntun mu? Nafsu mu pun tak sudi lagi bersama mu......Innalillahi waainnilahirroji'un.
27 September 2016 : 24:06 Wita